Mengapa Film 300: Rise of an Empire Lebih Jarang Dibicarakan Dibandingkan Film Sebelumnya? Why does 300 Rise of an Empire Receive Less Attention Compared to 300?
(C)2014/Warner Bros./Legendary Pictures/300 Rise of an Empire/all rights reserved. |
Mengapa Film "300: Rise of an Empire" Lebih Jarang Dibicarakan
Dibandingkan Film Sebelumnya?
[Why does 300 Rise of an Empire
Seem to Receive Less Attention Compared to Its Predecessor?]
Oleh Rangga Adhyatama
Kurator di YouTube (2019-sekarang)
[*Credited, view the end of this article] |
(C)2007/Warner Bros./Legendary Pictures/300/all rights reserved. |
1| Tidak lagi baru. Ketika 300 dirilis pada 2007, film tersebut menyuguhkan gaya visual yang dinilai unik dan segar. Maka, film tersebut menjadi bahan perbincangan dan menjadi salah satu film yang populer lewat meme sebelum istilah meme menjadi populer seperti sekarang—yakni melalui perkataan, "This is Sparta!". Pada tahun 2010 ke bawah, masih marak film-film parodi seperti Scary Movie, Superhero Movie, Epic Movie, dan lain sebagainya. Film 300 menjadi salah satu bahan yang diparodikan dalam film-film parodi dan acara komedi seperti Saturday Night Live dan Robot Chicken. Di Indonesia sendiri, perkataan "This is Sparta!" benar-benar booming sampai ketika Clach of the Titans rilis pada 2010, kritikus di majalah film yang populer kala itu yakni Cinemags menyatakan bahwa ,"Kalau tahun 2007 kalimat ‘This is Sparta!’ menjadi kalimat paling diingat, maka tahun ini kalimat 'Release the Kraken!’ menjadi ‘This is Sparta!’ nya tahun 2010” (Edisi 131, Juni 2010)—kita bisa tahu popularitas sebuah film jika film itu sudah dijadikan bahan referensi. Tidak sembarang film, apalagi yang tidak memorable bagi kalangan kritikus, bisa dijadikan sumber referensi dalam memudahkan seorang kritikus menyampaikan penilaiannya.
(C)2007/Warner Bros./Legendary Pictures/300/all rights reserved. |
Teknik pengambilan gambar film 300 dilakukan dengan cara shot-for-shot dari buku komiknya. Artinya, film tersebut meniru secara total setiap gerakan yang digambarkan dalam komiknya (hanya memindahkan medium dari gambar menjadi video, seperti proses animasi seri Petualangan Tintin yang desain karakternya sama persis dengan komiknya). Bahkan, gerakan dan fisik karakternya dimanipulasi secara digital untuk menonjolkan kesan “komik” dalam filmnya. "Kebaruan" (Freshness) yang dimiliki 300 tidak lagi dimiliki oleh Rise of an Empire. Dari segi taknik visual, tidak ada lagi yang mengejutkan (Striking) karena sudah pernah dilakukan sebelumnya baik dari segi teknologi maupun artistik. Dari segi adegan panas, walau vulgar, penonton sudah pernah dihebohkan oleh aksi Lena Headey di 300 sehingga kemunculan adegan vulgar di Rise of an Empire sudah tidak lagi mengejutkan (—it is expected)—bahkan adegan-adegan vulgar dalam Game of Thrones Season II-VIII tidak lagi ditanggapi seheboh Season I karena penonton sudah mengantisipasi adanya adegan vulgar. Selain kebaruan, Rise of an Empire juga seperti sudah kehilangan momentum karena dirilis terlalu jauh dari film pertamanya sehingga minat publik sudah tidak begitu besar lagi berfokus pada 300. Selain itu, film-film parodi sudah tidak begitu laris lagi dan perhatian publik sudah dikunci oleh film-film superhero sebagai bahan meme dan parodi.
(C)2004/Disney/The Lion King 1 1/2 or 3/all rights reserved. |
2| Tidak menawarkan yang lebih. Rise of an Empire bukan benar-benar sebuah sekuel karena narasinya terjadi sebelum, selama, dan sesudah kejadian dalam 300. Maka, film ini tidak benar-benar menambah bobot cerita dari film pertamanya, sebatas memberikan perspektif yang berbeda. Dalam film The Lion King 3, penonton diajak melihat kehidupan Timon dan Pumbaa sebelum, selama, dan bahkan sesudah kejadian di The Lion King pertama. Namun, The Lion King 3 tetap tidak menambah bobot cerita dari The Lion King pertama. Dengan kata lain, ada atau tidaknya Rise of an Empire tidak akan mengubah narasi dari 300. Contoh lain dari fenomena semacam ini adalah dirilisnya film Rogue One dan Solo A Star Wars Story dari franchise Star Wars. Rogue One menceritakan momen sebelum dan ketika Star Wars Episode IV dimulai. Meskipun narasinya dianggap menarik, posisinya hanya sebatas “suplemen” untuk memperdalam wawasan narasi apa yang terjadi sebelum Leia ditangkap oleh Darth Vader. Namun secara keseluruhan (in the grand scheme of things), keberadaan Rogue One tidak signifikan untuk mendukung narasi film-film inti Star Wars karena toh tanpa Rogue One sekalipun, penonton sudah bisa mencerna inti dari Star Wars Episode IV dengan baik.
(C)2016/Disney/LucasFilm/Rogue One/all rights reserved. |
3| Respons Publik dan Kritikus yang lebih negatif. Ketika 300 dirilis pertama kali dalam festival pada Februari 2007 yang dihadiri 1700 penonton, film ini mendapatkan Standing Ovation: "300, one of the highlights of the Berlin Film Festival, had its world premiere last night and received a standing ovation in the sold out Berlinale Palast—300, salah satu tajuk dalam Festival Film Berlin, dirilis untuk pertama kalinya semalam dan mendapatkan Standing Ovation setelah tiketnya terjual habis di teater Berlinale Palast" (superherohype.com). 300 menawarkan konsep yang masih baru secara visual di kala itu, memiliki dialog yang memorable, dan dibintangi oleh aktor-aktor papan atas. Film ini menjual tiket bioskop lebih banyak ketimbang Rise of an Empire. Ketika Rise of an Empire dirilis, tanggapan publik dan kritikus jauh lebih negatif ketimbang 300. Gaya penyutradaraan film ini berbeda, aktor yang dipuji umumnya hanya aktris Eva Green, tidak ada kebaruan dalam hal efek visual, dan ada berbagai aspek yang dinilai inferior dibandingkan dengan film pertamanya. Beragam respons negatif yang ditujukan kepada film ini tentu saja berakibat pada popularitas filmnya. Tanpa adanya Kebaruan dan Signifikansi Cerita, penonton tidak akan menganggap terlalu perlu untuk menonton film ini. Apalagi, dengan banyaknya tanggapan negatif, penonton yang sebelumnya sudah tidak tertarik akan semakin enggan menonton atau membicarakannya—what for? It offers nothing.
(C)2014/Warner Bros./Legendary Pictures/300 Rise of an Empire/all rights reserved. |
4| Ketiadaan Image Zack Snyder. Rise of an Empire disutradarai
oleh Noam Murro. Saya tidak akan bicara mengenai kemampuan sutradara ini
membuat film. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa katalog film sutradara ini
masih sedikit dibandingkan dengan Zack Snyder. Rise of an Empire adalah film ke dua Noam Murro dan hingga artikel
ini dipublikasikan, sutradara ini baru merilis 3 film. 300 memang merupakan film ke-2 Zack
Snyder, tetapi film pertamanya adalah Dawn
of the Dead dan hingga 2021 sudah membuat 10 film yang di antaranya adalah
film-film superhero DC. Karena nama Zack Snyder sendiri masih relevan dan
sering diperbincangkan hingga artikel ini dipublikasikan, maka wajar track record beliau akan ikut
diperbincangkan dan dijadikan bahan perdebatan. Tahun 2021 saja, publik cukup
digemparkan dengan rilisnya Justice
League Snyder's Cut yang kembali mengagkat nama sang sutradara. Dalam
dunia videophile dan industri home
video (market DVD, Blu-ray, dan 4K untuk kolektor), studio dan distributor
sering merilis paket film lengkap buatan sutradara ternama misalnya
"Alfred Hitchcock Collection", "Nolan Collection", dan
sejauh ini sudah ada "Snyder Collection" yang di dalamnya juga berisi
300 tetapi tentu tidak ada Rise of an Empire. Salah satu cara agar
sebuah karya terus diperbincangkan adalah dengan adanya salah satu afiliasi-nya
yang juga masih terus diperbincangkan. Selama Zack Snyder, Gerard Butler, Lena
Headey, dan pihak populer lain yang terlibat dalam 300 masih terus dibicarakan, maka otomatis 300 akan terus diperbincangkan. Hal ini logis karena afiliasi film
tersebut akan dibandingkan dengan karier mereka di masa lalu dan masa kini.
Misalnya dalam membahas akting Lena Hedey dalam Game of Thrones, seseorang bisa saja memberikan komentar seperti, “Kualitas
akting aktris ini tidak perlu diragukan lagi karena sudah pernah berperan
sebagai Ratu dalam film besutan sutradara Zack Snyder yakni 300 dan mendapat tanggapan yang positif
dari berbagai kalangan”.
(C)2014/Warner Bros./Legendary Pictures/300 Rise of an Empire/all rights reserved. |
Nah, itu tadi 4 alasan mengapa 300
Rise of an Empire lebih jarang diperbincangkan ketimbang film sebelumnya.
Walaupun artikel ini spesifik membahas mengenai 300 dan 300 Rise of an Empire,
namun logika jawabn artikel ini dapat diimplementasikan untuk melihat fenomena serupa yang dialami oleh franchise yang berbeda.
Paket promosi Blu-ray Film-film Pilihan Zack Snyder |
***
Rangga Adhyatamaatau Nabil
Bakri
Periksa perihal penggunaan nama Penulis pada opsi About di website
ini.
***
[*a photograph of Jass Reeman by Quentin for GMARO]